Masa anak-anak adalah masa keemasan. Mereka
banyak mengingat dan belajar tentang yang dialami di sekelililngnya. Anak-anak
menjadi benih dan harapan yang dimiliki bangsa untuk meraih kemajuan yang lebih
baik. Bagaikan menanam benih buah, jika ditanam di tanah yang subur, diberi
perawatan yang baik, maka akan menghasilkan buah yang baik pula. Begitupun anak-anak
yang tumbuh dengan diberi pengalaman yang baik, diharapkan pula akan menjadikannya
lebih berpengetahuan.
Oleh karena itu Green Community bersama dengan didukung Mohamedbin Zayed Conservation Fund, memutuskan untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan lingkungan kepada generasi muda di wilayah Muria.
Kenapa memilih wilayah Gunung Muria?
Karena pada tahun 2018 ditemukan spesies baru cicak batu yang dinamakan Cnemaspis muria. Yak, penamaanya
berdasar karena penemuannya di salah satu wilayah kaki Gunung Muria. Nah yang
spesial adalah,.. genus daripada cicak ini yaitu Cnemaspis, catatannya belum
pernah ada di pulau Jawa. Sehingga catatan pertama genus ini ada di Pulau Jawa,
adalah di wilayah Gunung Muria.
Kemunculannya yang masih baru,
membuat Cnemaspis muria belum diketahui
biodatanya secara lengkap. Sehingga untuk mengenalkan sekaligus sebagai upaya
perlindungan atau pencegahan dari kemungkinan ancaman, diperlukan adanya
penyampaian kepada masyarakat lokal khususnya pada anak muda sebagai generasi
masa depan.
Kegiatan pendidikan ini kami lakukan
di tiga kabupaten yang berbatasan dengan Gunung Muria, yaitu Kudus, Pati dan
Jepara. Setiap kabupatennya kami pilih satu sekolah yang mewakili. Yang pertama
yang kami kunjungi adalah Kabupaten Kudus, yaitu SMP Negeri 3 Satu Atap Gebog
yang diikuti oleh siswa kelas 7 pada tanggal 22 Agustus 2022. Kemudian dilanjutkan
MTs Matholiul Huda Tempur di Kabupaten Jepara yang diikuti oleh siswa kelas 7
dan 8 pada tanggal 6 September 2022. Sedangkan pada tanggal 7 Oktober 2022 kita
ke kabupaten Pati, yaitu di SMA Negeri 1 Tayu dengan siswanya adalah kelas 10.
Antusias besar sudah terlihat dari
awal mula perizinan yang kami lakukan kepada pihak sekolah. Hal tersebut secara
langsung membuat semangat kami untuk bercerita tentang Cnemaspis muria kian bertambah.
Pertemuan dengan siswa dimulai pada
pagi hari sekitar pukul 07.30 WIB di dalam ruang kelas. Dengan sambutan hangat
dari kepala sekolah dan guru pengampu, kami dipersilahkan untuk saling
bercerita dan belajar bersama puluhan siswa yang telah duduk manis di
bangkunya. Diawali dengan perkenalan yang mengasyikkan, para siswa mulai
terlihat enjoy dengan kami. Selesai
perkenalan, saatnya mengenal tentang keanekaragaman hayati yang ada di
sekeliling kita.
Terdapat 3 variasi metode yang
dilakukan dalam kami bercerita, hal tersebut dibuat agar siswa tidak bosan dan
enjoy dalam belajar bersama. Metode pertama adalah dengan problem based learning berbantu gambar dalam Powerpoint. Wah, apaituu??.
Jadi, salah satu dari GC berlaku sebagai karakter utama dalam menjelaskan atau
bercerita, dibantu dengan power point yang berisi gambar pendukung. Siswa
distimulasi dengan beberapa pertanyaan tentang keanekaragaman hayati, seperti
“Pernahkah kalian melihat bunga mawar merah, putih, dan kuning?”, “Mengapa bisa
seperti itu?”. Kemudian dari stimulus tersebut siswa digiring untuk bisa
menganalisis tentang arti keanekaragaman hayati. Beberapa contoh, manfaat,
ancaman, serta cara melestarikan keanekaragaman hayati juga kami ceritakan
perlahan kepada siswa.
Ketika gambar cicak ditampilkan di
PPT, timbul beberapa ekspresi yang terlihat. Ada yang terfokus pada gambar, ada
pula yang terlihat geli. Setelah distimulus dengan permasalahan perbedaan beberapa
gambar cicak, siswa mulai saling berargumen dengan kreativitas pemikiran mereka
masing-masing. Semua siswa antusias, banyak yang berperan aktif dalam bertanya,
menjawab, dan menanggapi. Antusias mereka juga terlihat bertambah setelah
mendengarkan feedback yang kami sampaikan mengenai Cnemaspis muria, cicak spesial yang ada di wilayah tempat tinggal
mereka. Tanaman atau hewan lain yang menjadi ciri khas wilayah Muria juga kami
ceritakan agar mereka tahu dan bangga dengan kekayaan yang wilayah mereka
miliki.
Rasa antusias yang mereka berikan,
kami apresiasi dengan sticker bintang yang nantinya bisa ditukarkan dengan
hadiah. Berbagai ice breaking juga
menjadi pemecah suasana yang jitu untuk dilakukan. Jadi makin seru dan hidup
suasana kelasnya.
Penyampaian materi dan antusias siswa. Foto : GC/Tim
MBZ Cnemaspis
Aktivitas selanjutnya adalah pengimplementasian
dari hasil bercerita tadi, yaitu dengan permainan puzzle-riddle. Dalam 5 kelompok kecil yang didampingi oleh
teman-teman GC, siswa diberikan papan dan potongan puzzle bertema
keanekaragaman hayati. Selain itu, mereka diberikan selembar kertas berisikan
pertanyaan dan jawaban terkait keanekaragaman hayati yang tersusun acak. Siswa
diminta untuk bekerja sama mencocokan riddle
atau pertanyaan dengan jawaban yang masing masing memiliki kode pada potongan
dan papan puzzle. Pasangan pertanyaan dan jawaban yang tepat, akan menuntun
mereka dalam menyusun potongan puzzle. Sungguh mengasyikkan dan menegangkan
karena kelompok tercepat dalam menyusun puzzle juga akan mendapat reward
tambahan sticker bintang. Satu persatu kelompok yang telah menyelesaikan
puzzlenya, juga akan mendeskripsikan dan mengaitkan objek dalam puzzle dengan
keanekaragaman hayati sehingga menjadi cerita bermakna.
Proses penyusunan puzzle-riddle dan presentasi
kelompok. Foto : GC/Tim MBZ Cnemaspis
Keseruan yang terjadi tidak hanya
sampai disitu, kita mengajak siswa menjelajah alam sekitar untuk mengamati
secara langsung kearifan lokal yang ada di lingkungan sekolah. Pengamatan juga
menggunakan binokuler sehingga obyek yang jauh bisa mereka lihat dengan jelas. Apa
yang dilihat dan temukan, mereka tuliskan dalam Blank Gallery Keanekaragaman hayati. Sehingga tidak hanya mendengar
secara teori, siswa juga mampu melihat secara langsung yang telah mereka pelajari.
Semua terlihat antusias dan semangat
dengan cerita dan pengalaman bersama Green Community. Tidak heran, karena
menurut Kusumadewi, et al. (2022) dengan
melibatkan alam sekitar siswa merasa lebih termotivasi ketika belajar. Ketika
termotivasi, kemampuan untuk mencerna dan mengingat akan menjadi lebih baik
bukan?. Semoga cerita-cerita yang Green Community sampaikan, bisa menjadi
pengalaman bermakna dan bisa selalu diterapkan untuk menjaga kelestarian alam.
Sampai jumpa di cerita berikutnya!
HIJAU BUMI ALAM LESTARI!!
By: Rhinocypha 01/ Tim GC Cnemaspis
Good Job!!
BalasHapusHijau Bumi!!
BalasHapusKeren sih, terima kasih GC dan MBZ
BalasHapusAktivitas yang luar biasa. Semangat terus
BalasHapusMantap broo
BalasHapuskerennn banget green communityyy kkkkkk
BalasHapus