Monyet ekor Panjang (Macaca fascicularis) merupakan salah satu primata yang secara global tercatat dalam status Endangered (EN) oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN). Status ini ditetapkan berdasarkan penurunan populasi yang signifikan di berbagai wilayah sebaran alaminya, akibat perusakan habitat, perburuan, serta eksploitasi untuk keperluan riset dan perdagangan. Namun, situasi tersebut bertolak belakang dengan yang terjadi di Indonesia. Di berbagai daerah, terutama di sekitar kawasan wisata, perkebunan, dan pemukiman manusia, populasi Monyet ekor panjang justru mengalami lonjakan dan sering dianggap sebagai hama karena perilaku oportunistik. Monyet ekor panjang memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan, terutama saat terjadi penurunan ketersediaan makanan di habitat alaminya. Akibatnya, mereka beralih mencari makan di kebun-kebun warga serta daerah pemukiman yang lebih mudah diakses dan menyediakan sumber makanan dalam jumlah melimpah, seperti sampah organik dan makanan manusia. Perilaku tersebut seringkali menimbulkan konflik dengan manusia, seperti perusakan, gangguan keamanan bahkan penularan penyakit.
Di Desa Mekarwangi, Lembang, Bandung, dan Kalurahan Mangunan, Bantul, populasi monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang tinggi menyebabkan kerusakan pada rumah, pemukiman, dan lahan pertanian warga. Overpopulasi di kawasan konservasi Tahura Lembang dengan lebih dari 600 ekor memicu monyet mencari makanan di pemukiman akibat kekurangan sumber makanan alami (BBC, 2019). Di Bantul, kawanan kera merusak ladang dengan kerugian mencapai Rp300 juta setiap tiga bulan. Berbagai upaya pengendalian seperti pemasangan jaring, petasan, dan penggunaan anjing penjaga belum efektif dan menimbulkan masalah baru (Pemerintah Kabaupaten Bantul, 2024).
Pertumbuhan populasi Macaca fascicularis yang tidak terkendali di beberapa wilayah Indonesia dapat diitanggulangi dengan tiga langkah, yaitu perluasan habitat, sterilisasi, dan relokasi. Perluasan habitat bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan ruang hidup dan sumber makanan alami bagi monyet ekor panjang, sehingga mereka tidak terdorong untuk mencari makanan di pemukiman atau kebun warga. Upaya ini dapat dilakukan dengan pelestarian dan rehabilitasi kawasan hutan serta penanaman tanaman pakan di sekitar habitat aslinya. Sterilisasi menjadi metode pengendalian populasi yang efektif dengan mencegah perkembangbiakan berlebihan. Prosedur ini dapat dilakukan secara selektif terhadap individu monyet untuk menjaga keseimbangan populasi tanpa menghilangkan keberadaan satwa tersebut secara keseluruhan. Relokasi ke area yang lebih luas dan aman juga merupakan solusi yang dapat mengurangi konsentrasi populasi di satu tempat, menghindari overpopulasi dan konflik dengan manusia. Namun, perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk tempat relokasi dengan mempertimbangkan kondisi ekosistem di lokasi baru agar tidak menimbulkan masalah baru. Ketiga langkah tersebut perlu diterapkan secara terintegrasi dan didukung oleh partisipasi aktif masyarakat serta pemerintah agar upaya pengendalian populasi Macaca fascicularis dapat berhasil dan berkelanjutan.
Tidak ada komentar: